Bicara Dunia Musik Indonesia

akhir-akhir ini, entah kenapa saya doyan banget denger album-album Indonesia yang berkualitas. tapi maaf-maaf, yang saya maksud berkualitas itu bukan yang sering wara-wiri di tipi akhir-akhir ini juga. kalo yang itu sih maaf-maaf aja, bosen dengerinnya. seragam semua perasaan.
padahal yang seragam itu kan gak nyeni. loh, katanya musisi, seniman, tapi kok gak nyeni? hahaha…
yang saya denger itu macam The Trees & The Wild, Frau, Monkey to Millionaire, Naif, Superglad, (tentu saja) Efek Rumah Kaca, The SIGIT, dan yang terakhir baru kenalan adalah Melancholic Bitch. oke, mungkin rasanya Indie semua, tapi bukan berarti saya anak gaul Indie juga. hahaha..
saya cuma suka album-album mereka aja, mereka ini band-band berkualitas yang sayangnya jarang masuk tipi karena persoalan……………………….pasar.
ketika kita berbicara tentang industri, maka yang akan sangat menentukan adalah pasar. tapi kalo menurut saya, sebenernya yang menentukan bukan cuma pasar harusnya. tapi juga pelaku industri, dalam hal ini label dan televisi punya peran yang dominan.
argumennya gini, ketika peta musik kita diubah sama Kangen Band, yang mengubah sebenernya label dan televisi. coba deh dibayangin ketika label dan televisi gak berani ngeluarin mereka, mana mungkin mereka bisa terkenal kayak sekarang? dan mana mungkin band-band pengikutnya sekarang bakal maen musik yang sama kayak mereka, melayu begitu? soalnya setelah saya baca-baca beberapa hasil wawancara sama band-band melayu yang lagi hype ini, ternyata gak semua dari mereka emang awalnya bawa musik melayu. tapi gara-gara kangen band bisa sukses besar karena musik melayu, jadilah semuanya berlomba-lomba bikin lagu melayu. sampai band dengan kaliber kayak Ungu aja masukin musik melayu dalam lagu-lagu terakhirnya.
misalnya Wali. awal ngeband, mereka sebenernya gak pernah bermimpi maen musik melayu. tapi mereka sendiri ngaku kalo salah satu alasan kenapa tahun 2006 mengubah konsep musik menjadi musik dengan unsur melayu kuat karena ada fenomena Kangen Band. (baca Rolling Stone Indonesia edisi Maret 2010, artikel “Nada Sambung Bawa Untung”).
buat saya ini ironis karena orang bermusik bukan buat kepuasan pribadi aja, tapi juga demi mendapatkan uang dan popularitas dan memanfaatkan aji mumpung dengan fenomena yang terjadi. akibatnya? musik (rasanya) bukan dari hati lagi.
padahal inti dari bermain musik kan sebenernya adalah hati. bagaimana orang bisa bermain musik dari hatinya. coba liat Taylor Swift yang penyanyi country dan bukan pop tapi bisa sukses besar layaknya penyanyi pop? karena itu dari hati. dia gak mengubah arah musiknya ke pop demi mendapatkan popularitas. tapi dia menciptakan jalannya sendiri dengan hatinya.
saya percaya betul yang dikatakan Efek Rumah Kaca, pasar bisa diciptakan. di industri musik Indonesia, pasar sebenernya bisa diciptakan jika ada kemauan untuk melakukan perubahan peta musik yang makin lama makin membosankan karena semuanya seragam, sejenis. kuncinya? ada di label dan televisi!
mereka tidak mau mengubah musik Indonesia karena satu alasan (yang saya ilustrasikan seperti ini), “musik yang ada sekarang laku kok, kenapa saya harus susah payah mengubah semuanya? nanti yang ada malah saya gak dapet untung besar lagi.”
The SIGIT bisa tembus pasar Australia, Jepang, Hongkong, bahkan dipuji di Amerika Serikat karena negara-negara tersebut menghormati betul kualitas musik. di Amrik bahkan ada yang kaget The SIGIT berasal dari Indonesia, dan tidak menyangka bahwa musik Indonesia semaju ini. tapi mungkin kalo orang itu datang sendiri ke Indonesia dan melihat kenyataan industri musik disini, mungkin dia bakal menarik kata-katanya. haha..
kalau aja ada label besar dan televisi mau menampilkan mereka (gak cuma di MTV doank), pasti musik-musik berkualitas ini bakal dapat tempat di pasar yang sekarang. sekali lagi, pasar bisa diciptakan. liat fenomena The Changcuters? buat saya mereka bawa musik yang fresh saat itu, terlepas dari kemiripannya dengan band-band luar. yang pasti mereka fresh. beda banget sama band-band cengeng lain yang udah ada duluan di luar. ketika label dan televisi mau mengeluarkan mereka, yang terjadi apa? ada pasar buat mereka! ternyata pasar suka sama mereka, yang buat saya musiknya fresh dan berkualitas. coba bayangin kalo gak ada yang berani mengeluarkan mereka, mungkin sampai sekarang saya gak tau ada band bagus kayak mereka. mungkin pasar gak akan tau mereka, kecuali yang emang doyan cari tau soal musik indie.
jadi yang dibutuhkan sekarang adalah komitmen dari label dan televisi untuk mengubah arah musik Indonesia yang sudah stagnan dan membosankan. okelah kalo ada yang bilang, sekarang makin banyak band-band di Indonesia, jadi gak bisa dibilang stagnan. oke, itu emang benar. tapi ketika mereka semua memainkan musik yang sama, lalu apa itu gak stagnan?
“Pasar Bisa Diciptakan!”
šŸ™‚
P.S. tulisan ini terinspirasi sama kata-kata “Pasar Bisa Diciptakan” dari Efek Rumah Kaca dan tulisan-tulisan dari Rolling Stone Indonesia edisi Maret 2010 yang membahas musik digital dan RBT

4 thoughts on “Bicara Dunia Musik Indonesia

  1. Jujur, saya lebih salut dgn orang yg berkarya sesuai dgn hatinya, walau dia tdk byk dikenal orang…daripada mengubah alirannya hanya untuk mengejar kepopuleran….

Leave a reply to ekky x